Yogjakarta, Oleh Fajarwati. Studi Tiru BGP PAPUA ke Sekolah Penggerak di D.I.YOGYAKARTA berlangsung dari tanggal 23-27 Desember 2022. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan studi tiru yakni 20 orang yang terdiri dari PNS BGP Papua, Kepala-Kepala Sekolah Inspiratif dan guru-guru inspiratif jenjang SD, SLB, SMP dan SMA Se-Papua.
Sebelum pelaksanaan Studi Tiru berlangsung, BGP Papua mengadakan Sayembara Apresiasi GTK Inspiratif dalam rangka memeriahkan Hari Guru Nasional (HGN) tahun 2022. Sayembara tersebut diberikan kepada Bapak/Ibu Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Pamong Belajar , Penilik jenjang PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan SLB.
Kunjungan rombongan Studi Tiru yakni di SD Negeri Wonosari 1, TK Permata Bangsa Gunung Kidul, SMP Negeri 1 Tepus dan terakhir di SMA Negeri 2 Playen. Kunjungan perdana yakni di SD Negeri Wonosari 1 yang langsung di terima oleh kepala sekolah dan beberapa guru kelas. Pada sesi penyambutan dan acara pembukaan kegiatan studi tiru tersebut, Korwil Biddik Kapanewon Wonosari, Bapak Slamet Sutoyo menyampaikan bahwa dalam implementasi kurikulum merdeka, SD Negeri Wonosari 1 mengikuti program sekolah penggerak angkatan pertama yang merupakan SD tertua di kabupaten Wonosari. Selanjutnya, Kepsek Eni Darwati, M.Pd dalam sambutannnya menyampaikan permohonan maaf kepada rombongan atau tamu undangan dari Papua bahwa proses pembelajaran akhir semester ganjil telah usai sehingga rombongan studi tiru tidak dapat bertemu dan bertatap muka secara langsung dengan peserta didik dan tidak dapat melihat proses diferensiasi di kelas, sehingga hanya beberapa tenaga pendidik dan kependidikan yang masih masuk sekolah seperti biasa.
Kepala BGP PAPUA, Ibu Fathkurohmah, S.Pd.,M.Pd menyampaikan bahwa tim dari BGP ingin melihat secara langsung program sekolah penggerak secara lebih dekat. Baik dalam implementasi maupun manajemen yang dibangun sekolah tersebut dengan menerapkan semboyan N3: Niteni, Nirokke, Nambahi (Mengindentifikasi, Meniru dan Menambahkan).
Semoga upaya studi tiru ini dapat menghasilkan inovasi baru bagi sekolah penggerak yang ada di Papua dan peserta studi tiru mendapat ilmu baru dari apa yang telah di lihat di lapangan yang tentu sangat berbeda dari sekolah yang ada di Papua, sehingga nantinya ilmu tersebut bisa dibawa pulang ke Papua dan di sesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing di papua.
Berikutnya, Pemaparan KOSP dari kepsek SD negeri Wonosari 1 ibu Eni Indarwati,M.Pd (KOSP, P5, Program Diferensiasi) yang tahun ini masuk Kurikulum merdeka modern. Adapun Proses penyusunan kurikulum antara lain; melihat Karakter satuan pendidikan, pembuatan Visi, Missi dan tujuan program sekolah, Pengorganisasian dan Perencanaan.
Dalam mengembangkan kurikulum, sekolah penting untuk melakukan analisis karakteristik satuan pendidikan, yakni bagaimana letak geografis satuan pendidikan, lingkungan fisik dan sosial, sarana dan prasarana yang dimiliki satuan pendidikan yang pasti berbeda dari sekolah satu dengan yang lainya walaupun dalam satu daerah atau tempat yang sama. Karakteristik peserta didik bisa juga dilihat dari keyakinan masing-masing sekolah, begitupun dengan menganalisis keadaan ekonomi orang tua untuk bisa hadir membantu menyiapkan sarana prasarana yang ada di sekolah, terakhir peserta didik inklusi (cerdas istimewa atau slow learner) untuk mengelola dan mengembangkan kompetensi peserta didik. Selanjutnya, Analisis kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan juga berguna untuk menentukan kebijakan pada kegiatan ekskul di sekolah. SD Negeri Wonosari 1 ini memiliki motto unik yakni SUPER dengan makna Sekolah Unggul Prestasi Empati terhadap anak.
Berikutnya, rombongan bertolak dari SD Negeri Wonosari 1 ke SMA Negeri 2 Playen untuk melakukan penggalian informasi terkait program sekolah penggerak tingkat SMA. Hal serupa pun kami temui disana. Sekolah tersebut sudah selesai melaksanakan proses asesmen akhir semester sehingga rombongan mendapati sekolah dalam keadaan sepi. Mengingat beberapa tenaga pendidik dan kependidikan telah diberikan ijin oleh atasan untuk liburan lebih awal, sehingga rombongan di sambut oleh beberapa guru, namun tidak menyurutkan langkah tim untuk terus berdiskusi dan bertukar pikiran dengan sekolah unggul tersebut. Inti dari pertemuan yang berlangsung di aula SMA DUPLAY yakni terkait dengan pelaksanaan P5 bahwa Hasil dari projek profil tidak harus dalam bentuk karya, tetapi bisa dalam bentuk skill, pembiasaan, dll. Di akhir diskusi dan berbagi, rombongan memberikan cinderamata ke sekolah tujuan, dengan harapan jalinan silaturahim jangan putus sampai disini, tetapi dapat terus berdiskusi dan bekerjasama walau melalui media sosial.
Semoga dengan berakhirnya kunjungan Studi Tiru ini, rombongan Papua mendapat pemahaman dan pencerahan lebih baik dan sekolah tersebut dapat menemukan inspirasi baru yang di sesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah masing-masing, dengan tujuan awal yakni mencerdaskan anak bangsa khususnya anak asli Papua.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini